Seri: Pemasaran dan Manajemen Destinasi Pariwisata

Sebuah peristiwa pariwisata terjadi pada kurun waktu dan ruang tertentu. Pandangan manusia tentang waktu ada yang beranggapan bahwa waktu berjalan linier seperti garis lurus, yang tidak pernah berulang, sehingga setiap waktu sangat berarti, penting, atau istimewa. Bagi mereka yang berpandangan bahwa waktu akan berulang (siklus), seperti siklus kehidupan (life-cycle), maka setiap tahap kehidupan menjadi istimewa dan dirayakan.

Dalam siklus kehidupan, sebuah  peristiwa kehamilan, kelahiran, masa remaja menuju dewasa,  perkawinan, dan kematian adalah tahapan istimewa dalam kehidupan yang dirayakan sebagai peristiwa istimewa.

Peristiwa yang dinilai istimewa ada yang berhubungan dengan alam, seperti peristiwa bersih desa, peristiwa menolak bala, peristiwa syukuran setelah panen berhasil, dan sebagainya.

Peristiwa pemberian gelar atau pencapaian status yang dinilai terhormat di masyarakat, seperti pelantikan kepala suku, raja, sultan, kepala negara, seringkali juga dirayakan sebagai peristiwa yang istimewa.

Selain peristiwa tersebut di atas, peristiwa merayakan hari jadi atau prestasi sebuah kabupaten, kota, provinsi, dan negara kerapkali dirayakan oleh warganya sebagai peristiwa penting.

Demikian juga perayaan hari-hari besar keagamaan, juga dirayakan oleh pemeluk agamanya karena dinilai sebagai peristiwa yang istimewa.

Apa makna peristiwa tersebut bagi kehidupan?

Karena setiap peristiwa bersifat istimewa, mulai dari tempat, waktu, peserta, pemimpin, proses, tata cara, perlengkapan, dan tujuan menjadi penting untuk diketahui bagi siapa saja yang akan menyaksikan suatu peristiwa.

Apakah setiap peristiwa adalah peristiwa pariwisata?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut tentunya kita perlu menyamakan persepsi terlebih dulu.

Setiap peristiwa yang disaksikan langsung oleh wisatawan, baik wisatawan mancanegara atau nusantara disebut peristiwa pariwisata (tourism events). Tetapi, tidak semua peristiwa (historical/ cultural events) dikunjungi dan disaksikan langsung oleh wisatawan, misalnya pesta kesenian rakyat atau festival rakyat, yang hanya dirayakan oleh komunitas lokal di destinasi pariwisata. Meskipun diliput dan disebarluaskan oleh media, selama peristiwa tersebut tidak dikunjungi atau disaksikan langsung oleh wisatawan, peristiwa tersebut baru disebut berpotensi sebagai peristiwa pariwisata (potential tourism event). Jika peristiwa tersebut dimasukkan ke dalam calender of events (CoEs) dan dipromosikan dengan gencar kepada target pasar sesuai segmen pasar yang telah ditetapkan setahun sebelumnya, peristiwa pariwisata diharapkan dapat menarik wisatawan individual (individual traveller) atau dijual sebagai paket wisata (package tour) oleh online travel agent, atau tour operator, atau manajemen destinasi.

Sumber:
Alastair M. Morrison (2013). Marketing and Managing Tourism Destinations.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *