Nilai budaya yang berorientasi pada hidup

Nilai agama mengajarkan hidup untuk beribadah kepada Nya (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56).

Nilai budaya yang berorientasi pada alam

Nilai agama bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang bersifat universal. Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Rum 30: Ayat 41)

Nilai budaya yang berorientasi pada manusia

Nilai agama mengajarkan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 13). Orang yang paling bertakwa adalah orang yang paling taat pada perintah Nya dan menjauhi larangan Nya

Nilai budaya yang berorientasi pada waktu

Demi masa, sungguh manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran (QS.Al-Asr 103 : 1-3)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan bahwa setiap perkara yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka (An-Nasa’i nomor 1578).

Tafsir Ibnu Katsir

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail, dari Al-Mukhtar ibnu Fulful, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menundukkan kepalanya sejenak, lalu beliau mengangkat kepalanya seraya tersenyum. Beliau bersabda kepada mereka, atau mereka bertanya kepada beliau Shalallahu’alaihi Wasallam, “Mengapa engkau tersenyum?” Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab, “Sesungguhnya baru saja telah diturunkan kepadaku suatu surah.” Lalu beliau membaca firman-Nya: Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar. (QS. Al-Kautsar: 1-3), hingga akhir surah. Lalu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Tahukah kalian, apakah Al-Kautsar itu? Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah bersabda: Al-Kautsar adalah sebuah sungai (telaga) yang diberikan kepadaku oleh Rabb-ku di dalam surga, padanya terdapat kebaikan yang banyak, umatku kelak akan mendatanginya di hari kiamat; jumlah wadah-wadah (bejana-bejana)nya sama dengan bilangan bintang-bintang. Diusir darinya seseorang hamba, maka aku berkata, “Ya Rabb-ku, sesungguhnya dia dari umatku.” Maka dikatakan, “Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang telah dibuat-buatnya sesudahmu.”

Nilai budaya yang berorientasi pada kerja

Nilai agama mengajarkan sebaliknya, bahwa setiap pekerjaan yang dinilai usahanya, sedangkan hasilnya bergantung pada usahanya. Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya. Dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna. (QS. An-Najm 53: Ayat 39-41). Pada surah lainnya, Allah berfirman, “Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat biji zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Az-Zalzalah 99: Ayat 7-8)

Allah Maha Mengetahui yang benar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *