Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bertahan Hidup

Kondisi Pandemi Virus SARS CoV-2 diperkirakan akan berlangsung lama. Kita semua berharap yang terbaik, parwisata dan ekonomi kreatif dapat bertahan hidup.

2021-2023

Peningkatan Citra (Image) Negara
(Country Image Improvement)

Kaizen (continuous improvement), melakukan perbaikan terus menerus sampai pada kondisi yang terbaik (mendapat kepercayaan publik, public trust) memerlukan waktu lebih lama dari country branding. Seeing is believing. They are watching the way you move your feet.

Dalam kondisi normal, country branding memerlukan waktu sekitar 3 tahun, sedangkan country image bergantung dari upaya yang kita lakukan terus menerus sampai mendapat kepercayaan publik (public trust).

Disarikan dari Kata-kata Bijak Ingkang Sinuhun HB X dalam menghadapi Pandemi Virus Corona

“Hidup mesti sabar, tawakal, tulus, ikhlas, pasrah lahir batin disertai dengan ikhtiar terus menerus. Orang sabar rezekinya luas. Ingat (eling) dan waspada, lakukan dzikir malam, minta pengampunan kepada Allah, waspada dan membersihkan diri dan lingkungannya. ‘Tidak sakit hati sekiranya terkena, tidak kecewa sekiranya kehilangan.’ Hidup harus hati-hati, semoga kita semua dijauhkan dari musibah dan semuanya sehat, sehat, sehat, semoga Allah mengabulkan doa kita, aamiin.”

Back to Nature

1. Gerakan kembali ke ALAM adalah kunci kehidupan yang berkelanjutan, terutama menjaga sumber air karena air dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan, hewan (satu-satunya hewan yang tidak membutuhkan oksigen adalah parasit, yang hidup dari nutrisi inangnya adalah ikan salmon), dan manusia; untuk bertahan hidup memerlukan oksigen yang dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan. Selain itu, manusia juga membutuhkan udara, makanan, dan minuman yang bersih dan menyehatkan. Bahan baku dari fosil penyumbang polusi udara terbesar. Saatnya beralih ke energi terbarukan yang ramah lingkungan. Satu di antara dampak positif Virus SARS CoV-2 yang menyebabkan Corona Virus Disease 19 (Covid-19) adalah alam memperbaiki dirinya sehingga siklus kehidupan berangsur-angsur pulih kembali. Sayangnya, kondisi tersebut tidak berlangsung lama, manusia kembali bekerja dengan menggunakan transportasi yang menggunakan bahan baku dari fosil yang menyebabkan pencemaran lingkungan. Disadari atau tidak, manusia telah merusak lingkungan oleh tangannya sendiri. Karenanya, gerakan kembali ke alam harus menjadi aksi nyata, misalnya menggunakan transportasi umum yang ramah lingkungan atau sepeda. Penggunaan pendingin ruangan (air conditioning) juga menyebabkan rusaknya lapisan ozon sehingga udara di bumi semakin panas.

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang berkelanjutan

Cara menjaga kelestarian alam, merawat keberagaman sosial/ budaya, dan melakukan kegiatan ekonomi (produksi, distribusi, dan konsumsi) yang tidak merusak lingkungan dengan menjalankan prinsip pariwisata dan ekonomi kreatif yang berkelanjutan.

Cleanliness, Healthy, Safety (CHS)

Kebersihan, Kesehatan, dan Keamanan/Keselamatan (K3) sebenarnya untuk kelangsungan hidup manusia itu sendiri.

2. GOTONG ROYONG TOLONG-MENOLONG, yang kuat menolong yang lemah, yang kaya menolong yang miskin. Strategi ini memerlukan empati dari mereka yang beruntung (the have) kepada yang kurang beruntung (the have not). Dalam konteks pariwisata dan ekonomi kreatif, orang yang mampu membeli/ menggunakan produk (barang dan jasa kreatif) yang dibuat oleh UKM kreatif (Creative SMEs).

3. TIGA TERATAS: Subsektor KULINER (ekspansi dan penetrasi pasar), TELEVISI & Radio digital dengan konten yang menarik, dan FESYEN (FASHION) (kreativitas nilai/ value creation untuk menciptakan nilai tambah pada produk (barang dan jasa kreatif) dengan melakukan diversifikasi produk yang ramah lingkungan, berkualitas, dan dapat disesuaikan (customized) dan dipersonalisasi (personalized) sesuai kebutuhan pelanggan (pasar); pemasaran dan pembayaran digital; dan jalur distribusi langsung – direct channel distribution (direct selling).

Kekurangan Talenta Kreatif

Apakah karena kekurangan talenta kreatif yang menyebabkan pemerintah memberi perhatian besar pada sumber daya insani?

Sekretaris Jenderal UNCTAD (2018), lembaga dunia yang menangani urusan ekonomi kreatif mengatakan bahwa “Ekonomi kreatif memiliki nilai komersial dan nilai budaya. Pengakuan atas nilai ganda tersebut telah menyebabkan pemerintah di seluruh dunia memperluas dan mengembangkan ekonomi kreatif mereka sebagai bagian dari strategi diversifikasi ekonomi dan upaya untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, kemakmuran dan kesejahteraan.”

Sebuah survei di Amerika menunjukkan bahwa lingkungan kerja dan tuntutan produktivitas menyebabkan orang merasa tertekan (stress).

Untuk meledakkan (unleasing) talenta kreatif diperlukan suasana kerja yang nyaman (seni dan imajinasi) dan tidak terbebani dengan produktivitas, tetapi diberi penghargaan (reward) berdasarkan kontribusi yang bersangkutan terhadap organisasi dan kepuasan pelanggan (customer oriented).

Orang kreatif berpikir dengan otak kanan (seni dan imajinasi) yang berada di atas realitas (beyond reality) sehingga hasil karya talenta kreatif bersifat eksponensial (memberi keuntungan ekonomi berkali-kali lipat).

Data Statistik Ekonomi Kreatif (2017) yang diterbitkan BPS bekerja sama dengan Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) menunjukkan bahwa orang Indonesia yang bekerja di subsektor ekonomi kreatif sebanyak 17,68 juta  (14,61%)

Orang Amerika meyakini bahwa 52% penduduk Amerika adalah orang kreatif.

Bagaimana dengan tingkat pendidikan orang kreatif di Indonesia?

Berdasarkan data statistik ekonomi kreatif (2017), tingkat pendidikan pekerja kreatif di Indonesia adalah SMP ke bawah (58,62%).

Hasil analisis supply & demand Boston Consulting Group (BCG), 2019, menunjukkan bahwa Indonesia kekurangan talenta untuk level manajer senior (CEO), manajer menengah (Direktur), dan pegawai baru (staf).

World Talent Ranking 2019 menunjukkan bahwa talenta orang Indonesia (#41) berada di atas Thailand (#43 ) dan Philippines (#49), tetapi di bawah Malaysia (#22) dan Singapura (#10).

Global Competitiveness Index (GCI) menunjukkan bahwa posisi Indonesia (#50), berada di atas Philippines (#64) dan Viet Nam (#67), di bawah Thailand (#41), Malaysia (#27), dan Singapura (#1).

Produk Pariwisata yang Aman dan Nyaman

Dalam upaya pemulihan (recovery) produk pariwisata yang memberi rasa aman dan nyaman bagi wisatawan, setiap rangkaian perjalanan wisatawan harus menerapkan protokol kesehatan. Karenanya, diperlukan upaya bersama seluruh pemangku kepentingan (pemerintah, pelaku usaha, akademisi, komunitas, dan media) untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru, seperti menjaga jarak fisik dan sosial, menggunakan masker, dan mencuci tangan dengan sabun untuk mencegah penularan virus corona.

Produk pariwisata merupakan suatu bentukan yang nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible), yang dikemas dalam suatu kesatuan rangkaian perjalanan yang hanya dapat dinikmati, apabila seluruh rangkaian perjalanan tersebut dapat memberikan pengalaman yang baik bagi wisatawan yang melakukan perjalanan atau menggunakan produk tersebut.

Produk pariwisata ditawarkan kepada wisatawan dalam bentuk paket wisata yang dapat disesuaikan (customized) atau dipersonalisasi (personalized) berdasarkan kebutuhan wisatawan atau pilihan paket wisata yang tersedia untuk wisatawan individual (FIT) atau kelompok (GIT).

Pelayanan (services) dan pengelolaan (destination management) produk pariwisata dimulai sejak dari daerah atau negara tempat tinggal wisatawan, selama perjalanan, kedatangan wisatawan di destinasi pariwisata, selama beraktivitas di destinasi pariwisata, sampai wisatawan kembali ke daerah atau negara tempat tinggalnya.

Rekomendasi untuk Gerakan BISA (Bersih, Indah, Sehat, Aman)

Sebagai upaya untuk pemulihan (recovery) atau adaptasi kebiasaan baru, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memperbaiki country image dengan memperlihatkan kepada masyarakat luas (seeing is believing because they are watching the way you move your feet) tentang layanan kepada wisatawan, sejak dari keberangkatan dari daerah atau negara tempat tinggalnya, selama perjalanan (flag carrier), kedatangan di destinasi, selama beraktivitas di destinasi pariwisata, sampai wisatawan kembali ke daerah/ negara tempat tinggalnya.

Pengakuan (testimony) wisatawan sebagai tamu dalam menerima layanan sejak dari keberangkatan wisatawan dari daerah asal atau negara temat tinggalnya, selama di perjalanan (flag carrier), kedatangan wisatawan di destinasi pariwisata, selama wisatawan beraktivitas di destinasi pariwisata, sampai wisatawan kembali ke daerah atau negara tempat tinggalnya sangat menentukan kunjungan wisatawan yang berikutnya.