Destinasi yang Sukses (10As)

Destinasi pariwisata yang dikatakan berhasil (10A’s) menurut Alastair M. Morrison (2013), sebagai berikut.

1. Awareness (Kesadaran): Atribut (sifat yang menjadi ciri khas) yang terkait dengan tingkat pengetahuan wisatawan tentang destinasi yang dipengaruhi oleh sejumlah informasi yang diterima wisatawan.

Pertanyaan dari DMO (Destination Management Organization) atau Tata Kelola Destinasi (TKD): Apakah ada tingkat kesadaran yang tinggi tentang destinasi di antara wisatawan potensial?

2. Attractiveness (Ketertarikan): Jumlah dan ruang lingkup geografis dari daya tarik suatu  destinasi yang mengandung sifat yang menjadi ciri khas.

Pertanyaan dari TKD: Apakah di destinasi itu menawarkan keberagaman daya tarik yang membuat wisatawan tertarik?

3. Availability (Ketersediaan): Atribut ini menentukan kemudahan dalam melakukan pemesanan (booking) dan reservasi yang dapat dibuat untuk ke destinasi, dan sejumlah saluran pemesanan dan reservasi yang tersedia.

Pertanyaan TKD: Apakah dapat melakukan pemesanan dan reservasi melalui berbagai saluran yang tersedia?

4. Access (Akses): Kenyamanan menuju dan dari destinasi, perjalanan yang nyaman di destinasi, merupakan atribut ini.

Pertanyaan TKD: Apakah ada akses yang nyaman menuju dan dari destinasi dengan berbagai moda transportasi? Apakah ada transportasi yang nyaman di destinasi itu?

5. Appearance (Penampilan): Atribut ini mengukur kesan-kesan yang dialami wisatawan sejak  kedatangan dan selama wisatawan tinggal di destinasi.

Pertanyaan TKD: Apakah destinasi dapat membuat kesan pertama yang baik? Apakah destinasi dapat membuat kesan positif dan tidak terlupakan?

6. Activities (Aktivitas-aktivitas): Memperpanjang waktu beraktivitas yang tersedia bagi  wisatawan di destinasi adalah penentu dari atribut ini.

Pertanyaan TKD: Apakah destinasi menawarkan berbagai aktivitas yang membuat wisatawan ingin ikut serta di dalamnya?

7. Assurance (Jaminan): Atribut ini terkait dengan keamanan dan keselamatan di destinasi untuk wisatawan.

Pertanyaan TKD: Apakah destinasi itu bersih, nyaman, dan aman?

8. Appreciation (Apresiasi): Perasaan tentang tingkat penerimaan dan keramahan terkait dengan atribut ini.

Pertanyaan TKD: Apakah wisatawan merasa diterima dan menerima layanan yang baik di destinasi?

9. Action (Aksi): Ketersediaan perencanaan pariwisata jangka panjang dan perencanaan pemasaran pariwisata adalah persyaratan yang harus dipenuhi.

Pertanyaan TKD: Apakah pembangunan kepariwisataan dan pemasaran di destinasi terencana dengan baik?

10. Accountability (Akuntabilitas): Atribut ini tentang evaluasi kinerja yang dilakukann oleh TKD.

Pertanyaan TKD: Apakah TKD mengukur efektivitas setiap kinerja?

Kesepuluh atribut tersebut di atas sangat berguna untuk semua destinasi, tetapi masih perlu didetailkan lagi. Tambahan yang lain, misalnya kontribusi ekonomi di bidang pariwisata terhadap destinasi, demikian juga di tingkat mana destinasi yang telah  mengikuti agenda pariwisata berkelanjutan.

Produk Pariwisata

Produk Pariwisata dalam industri pariwisata lebih bersifat jasa atau layanan (services), yang tidak dapat dipindahkan, seperti barang, tetapi harus ditemui, baru layanan tersebut bekerja sesuai dengan fungsinya.

Medlik & Middleton, … “The product covers the complete experience from the time he leaves home to the time he returns to it.” Jadi, produk pariwisata merupakan satu kesatuan paket wisata, sejak wisatawan berangkat dari daerah atau negara asalnya ke tujuan wisata, sampai wisatawan kembali ke daerah atau negara asalnya.

Paket wisata yang ditawarkan untuk wisatawan yang berwisata secara berombongan (General inclusive Tourist/GIT) telah disusun dalam suatu jadwal perjalanan yang terperinci (package itinerary), yang dikelola oleh tour and travel agent, yang saat ini dapat dilakukan secara online (online travel agent/OTA).

Bagi wisatawan yang melakukan perjalanan secara perseorangan  (Foreign Individual Tourist/FIT), informasi perjalanan biasanya diperoleh secara online, misalnya melalui Trip Advisor. Selanjutnya, wisatawan akan menyusunan rencana perjalanan sesuai dengan minatnya.

Bagi pengelola destinasi pariwisata, strategi yang digunakan untuk menawarkan produk pariwisata di destinasi pariwisata menggunakan strategi komperatif, kompetitif, atau kooperatif. Strategi komperatif dipilih manakala produk pariwisata yang dimiliki suatu destinasi pariwisata sangat unik atau tidak ada duanya di destinasi lain, misalnya Taman Nasional Komodo, Borobudur, Tari Bali dsb. Strategi kompetitif dipilih manakala produk pariwisata yang ditawarkan ada kemiripan atau  kesamaan karena latar belakang geografis, sejarah, dan budaya, misalnya produk pariwisata yang ditawarkan oleh negara tetangga Malaysia, diperlukan inovasi dalam aspek manajemen dan teknologi untuk memenangkan persaingan. Strategi kooperatif dipilih manakala saling menguntungkan kedua belah pihak karena produk yang ditawarkan saling melengkapi satu dengan yang lain, misalnya promosi bersama dengan negara-negara ASEAN untuk saling mengunjungi di antara negara-negara ASEAN atau dalam rangka merebut pasar di luar negara-negara ASEAN, misalnya pasar China, Korea, Jepang, Australia, atau Eropa.

Strategi pemasaran pariwisata tersebut di atas perlu diperkuat dengan menggunakan teknologi digital dan non-digital. Teknologi digital sangat efektif untuk menyasar wisatawan usia muda yang gemar dengan perangkat teknologi yang mudah dibawa dan mudah digunakan dimana saja dan kapan saja, karena waktunya sangat sibuk dan ingin semuanya serba cepat, sentuhan humanisme tidak terlalu dipedulikan. Tetapi, bagi wisatawan yang berusia lanjut, sentuhan dengan menggunakan pendekatan humanisme (slow tourism) akan lebih efektif, misalnya sikap yang ramah, tutur kata yang halus, perilaku yang santun, senyuman yang tulus, akan memberi kesan yang mendalam bagi wisatawan (just a smile away).

Produk pariwisata dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu (1) daya tarik wisata (alam, budaya, dan buatan); (2) fasilitas (amenitas), misalnya akomodasi dan restoran serta konektivitas (transportasi) dari daerah atau negara asal wisatawan, ke destinasi pariwisata, dan di destinasi pariwisata.

Karena wisatawan lebih suka dengan layanan yang ramah, peningkatan gerakan sadar  wisata dan aksi sapta pesona (aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan) di destinasi pariwisata menjadi faktor yang sangat penting. Dengan kata lain, gerakan sadar wisata dan aksi sapta pesona di destinasi pariwisata sangat menentukan keberhasilan suatu destinasi pariwisata. Bukankah, suatu tempat, daerah, atau negara dikatakan sebagai destinasi pariwisata kalau dikunjungi wisatawan?

Jadi, keberhasilan suatu destinasi pariwisata tidak ditentukan berdasarkan jumlah wisatawan yang berkunjung di destinasi pariwisata, tetapi seberapa besar manfaat yang diterima oleh masyarakat di destinasi pariwisata, apakah  manfaat yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat atau manfaat yang dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Hal ini sejalan dengan pandangan mantan Sekretaris Jenderal UNWTO, Fransesco Frangialli (1997-2009).

Apalagi jika kita menggunakan  prinsip pemasaran pariwisata yang bertanggung jawab, faktor lingkungan alam yang berkelanjutan, faktor sosial-budaya, dan faktor ekonomi, menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Muaranya ada di sumber daya manusia. Dengan meningkatkan kemampuan manajemen dan inovasi teknologi, pariwisata Indonesia akan menjadi sumber energi baru yang tak akan pernah habis (terbarukan).

Dirgahayu ke-71 Republik Indonesia, 17 Agustus 2016

Kedamaian dan Pembangunan Berkelanjutan

Tujuan ke-16 Pembangunan Berkelanjutan. Mempromosikan masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, memberikan akses terhadap keadilan bagi semua dan membangun institusi yang efektif, bertanggung jawab dan inklusif di semua tingkatan.

Kami bertekad untuk menumbuhkan masyarakat yang damai, adil, dan inklusif yang bebas dari rasa takut dan kekerasan. Tidak akan ada pembangunan berkelanjutan tanpa perdamaian dan tidak ada perdamaian tanpa pembangunan berkelanjutan.

Agenda baru tersebut mengakui kebutuhan untuk membangun masyarakat yang damai, adil, dan inklusif yang memberikan akses keadilan yang setara dan didasarkan pada penghormatan terhadap hak asasi manusia (termasuk hak atas pembangunan), peraturan perundang-undangan yang efektif dan tata pemerintahan yang baik di semua tingkatan, transparan, efektif, dan akuntabel. Faktor-faktor yang menimbulkan kekerasan, ketidakamanan dan ketidakadilan, seperti ketidaksetaraan, korupsi, tata kelola yang buruk dan arus keuangan dan arus kas, dibahas dalam Agenda ini.

Kami berjanji untuk mendorong pemahaman antarbudaya, toleransi, rasa saling menghormati dan etika kewarganegaraan global dan tanggung jawab bersama. Kami mengakui keberagaman alam dan budaya dunia dan menyadari bahwa semua budaya dan peradaban dapat berkontribusi, dan merupakan pengungkit penting dalam pembangunan berkelanjutan.

Sumber: Agenda 2030 Sustainable Development

Perkembangan pemasaran sampai sekarang

Perkembangan pemasaran sampai sekarang semakin pesat seiring dengan perkembagan teknologi digital.  Pada saat mendengarkan penjelasan tentang latar belakang penulisan sebuah buku yang baru diluncurkan, Marketing 3.0, yang ditulis oleh ahli pemasaran dari MarkPlus, siapa lagi kalau bukan Hermawan Kartajaya (HK). HK sangat santai menyampaikan konsep tentang marketing. Pertama, beliau menjelaskan bahwa bukunya sudah habis terjual. Dan, baru saat ini beliau menjelaskan bahwa buku Marketing 3.0 yang terinspirasi dari Nabi Muhammad (shallallahu alaihi wasallam), ujarnya.

Tentu saja banyak hadirin yang terkejut, tetapi dengan santai beliau menceritakan proses penulisan bukunya, diawali dengan penjelasan tentang Marketing 1.0, yang penting produk laku terjual (selling), Selanjutnya, HK menjelaskan Marketing 2.0, setelah produk terjual, ditambahkan layanan purna jual (after sales). Kemudian, HK menjelaskan tentang Marketing 3.0, disebutnya marketing yang “jujur,” karena care atau peduli dengan pelanggan. Kalau produk yang dijual ada yang cacat akan dikatakan dengan jujur kepada pelanggan.

HK mengatakan konsep Marketing 3.0 persis seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad (shallallahu alaihi wasallam).

Nabi Muhammad satu-satunya Nabi yang punya kemampuan berdagang (sebelum menerima tugas kenabia), bahkan dikatakan, nabinya sendiri belum tentu dapat mengalahkannya di bidang marketing, ujarnya.

Perkembangan pemasaran di era digital

Marketing 4.0

Marketing 4.0 adalah sebuah konsep pemasaran yang memang menekankan pentingnya fokus pada pelanggan sebagai pusat strategi pemasaran. Konsep ini menciptakan nilai tambah bagi pelanggan dan mengarahkan perusahaan untuk berinteraksi dengan pelanggan melalui berbagai saluran digital, seperti media sosial dan pemasaran online.

Namun, konsep Marketing 4.0 tidak hanya berfokus pada pengembangan produk berdasarkan data pelanggan dan penggunaan teknologi digital. Lebih dari itu, konsep ini juga mempertimbangkan pentingnya pengembangan merek yang berkelanjutan, integrasi saluran pemasaran, dan strategi pemasaran berbasis konten.

Dalam konsep Marketing 4.0, perusahaan harus memahami bahwa pelanggan memiliki banyak saluran informasi dan berinteraksi dengan merek melalui berbagai saluran digital. Oleh karena itu, perusahaan harus fokus pada membangun kepercayaan dengan pelanggan melalui pengalaman pengguna yang baik dan pemasaran yang berorientasi pada nilai.

Dalam hal ini, Marketing 4.0 merupakan konsep pemasaran yang holistik dan tidak hanya terfokus pada satu aspek saja. Konsep ini melibatkan pengembangan produk dan merek, strategi pemasaran berbasis konten, integrasi saluran pemasaran, dan penggunaan teknologi digital untuk menciptakan pengalaman pengguna yang baik.

Marketing 5.0

Marketing 5.0 adalah konsep pemasaran yang lebih baru yang menekankan pada pentingnya nilai-nilai sosial dan lingkungan dalam aktivitas pemasaran. Konsep ini menggabungkan elemen dari pemasaran tradisional (Marketing 1.0, selling), pemasaran berbasis pelanggan (Marketing 2.0, after sales service), pemasaran berbasis nilai (Marketing 3.0, customer propositional value), dan pemasaran digital (Marketing 4.0, holistic marketing) dan menambahkan dimensi kepedulian sosial dan lingkungan.

Marketing 5.0 mengarahkan perusahaan atau organisasi publik untuk memahami peran dan tanggung jawab sosial dalam aktivitas pemasaran dan menciptakan nilai tambah bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Perusahaan atau organisasi prublik harus mempertimbangkan bagaimana produk dan layanan mereka dapat memberikan manfaat sosial dan lingkungan, serta nilai finansial (social care, eco-friendly and financial value).

Konsep Marketing 5.0 menempatkan pelanggan sebagai mitra dan membantu perusahaan atau organisasi publik untuk memahami kebutuhan, aspirasi, dan nilai-nilai mereka dalam konteks sosial dan lingkungan. Perusahaan atau organisasi publik harus berusaha untuk menciptakan pengalaman pelanggan yang positif dan berkesan dengan mempertimbangkan pengaruh sosial dan lingkungan dalam keputusan pembelian mereka.

Marketing 5.0 juga melibatkan penggunaan teknologi digital untuk mencapai tujuan pemasaran sosial dan lingkungan. Perusahaan dapat memanfaatkan media sosial dan platform online untuk mempromosikan pesan sosial dan lingkungan mereka dan berkomunikasi secara efektif dengan pelanggan.

Dalam konsep Marketing 5.0, perusahaan atau organisasi publik harus mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan dari produk dan layanan mereka, memahami nilai dan aspirasi pelanggan, dan memanfaatkan teknologi digital untuk mencapai tujuan pemasaran sosial dan lingkungan. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya serta memperkuat reputasi merek mereka.