Karakter Manusia

Karakter manusia dipelajari dari proses pembiasaan dalam jangka waktu yang relatif lama dan dimulai sejak manusia di dalam kandungan yang dilanjutkan setelah dilahirkan terus mengalir dalam proses kehidupannya sehingga membentuk karakter yang khas.

Karena karakter (sifat/ watak) setiap orang, yang dipelajarinya dari lingkungannya bersifat khas sehingga setiap kali diwujudkan dalam ucapan dan tindakan terhadap orang lain, akan dikenali oleh orang lain sebagai identitas yang unik dimiliki oleh orang tersebut. Dengan identitas itu, seseorang berinteraksi dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan/tujuan hidupnya.

Bagaimana hubungan antara identitas dengan kelompok sosial?

Dalam hal ini, identitas seseorang yang tergabung dalam kelompok sosial akan mencerminkan identitas dari kelompok sosial itu. Oleh karena itu, dalam lingkungan pergaulan sosial, baik dalam dunia nyata (luring) maupun dunia maya (daring), memilih teman dalam pergaulan sosial sangat penting artinya dalam interaksi sosial.

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Dengan cara apa dan bagaimana manusia memenuhi kebutuhan/tujuan hidupnya, dapat dipastikan membutuhkan bantuan orang lain.

Tujuan hidup

Tanpa tujuan hidup yang jelas, manusia akan terombang-ambing, seperti kapal yang berlayar di tengah samudera, kadang kala menghadapi ombak yang tenang atau  ombak besar. Pada saat manusia menghadapi ombak yang tenang, manusia seakan-akan tidak membutuhkan orang lain, dunia seakan ada di tangannya, tetapi pada saat menghadapi ombak yang besar, manusia sangat cemas dan khawatir karena dunia seakan tidak berada di tangannya.

Dunia berada di tangannya adalah gambaran manusia yang hidup dengan mengandalkan kemampuan akalnya, sedangkan dunia yang tidak berada di tangannya adalah gambaran manusia yang tidak lagi mampu mengandalkan kemampuan akalnya semata, dia menyerahkan dirinya kepada Tuhan yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.

Dalam situasi cemas dan khawatir ketika menghadapi ombak besar, manusia berdoa kepada Tuhannya dengan rendah hati dan suara lembut agar diselamatkan dari marabahaya, tetapi setelah ombak besar itu berlalu, manusia lupa bersyukur.

“Katakanlah (Muhammad), Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, ketika kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah hati dan dengan suara yang lembut? (Dengan mengatakan), Sekiranya Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur.” (QS. Al-An’am 6: Ayat 63)