Orang yang Cerdas

Orang yang cerdas adalah orang sempurna perkembangan akal budinya. Howard Gardner, pakar psikologi perkembangan, yang berupaya menciptakan teori baru tentang pengetahuan sebagai bagian dari karyanya, Frame of Mind (1983), di Universitas Harvard. Gardner menjelaskan ada delapan macam kecerdasan manusia yang meliputi (1) bahasa (linguistic), (2) musik (musical), (3) logika-matematika (logical-mathematical), (4) spasial (spatial), (5) kinestetis-tubuh (bodily-kinesthetic), (6) intrapersonal (intrapersonal), (7) interpersonal (interpersonal), dan (8) naturalis (naturalist).

Tujuan negara Republik Indonesia, tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945. Dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat menyatakan “ kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, “mencerdaskan kehidupan bangsa,” dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”

Mencerdaskan kehidupan bangsa  artinya membangun peradaban bangsa Indonesia yang memiliki kepribadian Indonesia yang bersumber dari nilai-nilai Pancasila, yang esensinya mengandung nilai ketuhanan, kemanusian, kesatuan, kerakyatan, dan keadilan, sesuai dengan rumusan Pancasila yang disepakati oleh segenap bangsa Indonesia sehari setelah proklamasi kemerdekaan, 18 Agustus 1945.

Sebagai ideologi negara lebih tinggi kedudukan di dalam undang-undang dasar dan peraturan perundang-undangan yang berfungsi menata dan mengatur kehidupan berbangsa, bernegara, dan memasyarakat  agar setiap warga negara Indonesia memiliki pedoman hidup yang sama, tidak menafsirkan menurut kemauannya sendiri-sendiri.

Sejak kita memasuki era reformasi, tatanan kehidupan  berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat mengalami perubahan yang sangat pesat, yang didorong dengan perkembangan teknologi di bidang komunikasi dan informasi, khususnya komunikasi digital.

Teknologi komunikasi digital telah mengubah perangkat  penyimpanan data dan penyebaran informasi serta mengubah tatanan kehidupan sosial dan ekonomi.

Perubahan tatanan sosial yang kita alami menempatkan diri kita di dalam dunia tanpa batas, seakan tidak ada lagi sekat-sekat budaya lokal, budaya pasar, budaya nasional, dan budaya dunia. Semua itu seakan telah menjadi satu dalam dunia yang kita sebut sebagai dunia maya, dunia yang menghubungkan kita dengan siapa saja di dunia ini, yang terhubung dengan internet.

Pendekatan ilmu sosial telah membaur dengan pendekatan budaya, ekonomi, dan teknologi. Fenomena facebook, twitter, instagram, dan media sosial lainnya menunjukkan bahwa jejaring sosial telah membentuk jejaring budaya dan jejaring ekonomi, yang dibantu dengan teknologi komunikasi digital.

Pertanyaannya, apakah kita merasa bahagia dengan fenomena tersebut?

Seorang ahli sosiologi, sebut saja namanya Imam Prasojo, mengatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah ingin hidup bahagia.

Bahagia yang dimaknai bermacam-macam itu, bergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya.

Kebahagiaan bagi ahli psikologi, ahli sosiologi, ahli antropologi, ahli ekonomi, ahli ilmu fisika, ahli matematika, ahli teknologi komunikasi digital, bahkan ahli agama sekalipun dapat memaknai bahagia secara berbeda-beda.

Ada yang mengatakan, kerja keras akan membuat hidup sukses, dan berakhir dengan bahagia. Tetapi, adapula yang mengatakan bahwa orang yang bahagia akan suka cita bekerja keras dan sukses dalam hidupnya.

Saya teringat dengan nasihat “guru” saya, namanya Meuthia Hatta, ketika saya menanyakan arti “mencerdaskan kehidupan bangsa,” jawabannya dengan ilustrasi yang sederhana, “Kalau anda akan menyeberang jalan dan selamat sampai di tujuan, anda lihat zebra cross perhatikan lampu petunjuk untuk menyeberang, kalau lampu berubah warna menjadi hijau, anda dapat menyeberang dengan selamat sampai di tujuan.”

Ilustrasi di atas sangat sederhana dan mudah dipahami, hanya saja di sini, kalau kita ingin menyeberang di zebra cross, meskipun lampu sudah berwarna hijau, tetap waspada melihat sekeliling anda, karena ada saja angkutan umum atau pengendara sepeda motor yang seakan tidak peduli dengan penyeberang jalan ataupun lampu khusus dibuat untuk memudahkan penyeberang jalan.

Itu baru sebagian kecil fenomena di tempat umum yang sering membuat kita seakan tidak percaya bahwa aturan-aturan sengaja dibuat untuk dilanggar.

Karena sering membuat lelucon yang membuat orang tertawa, membuat kita menjadi tidak peduli dengan lingkungan, seakan dunia ini hanya dipahami sebagai tempat bermain, bercanda, dan membuat lelucon yang membuat orang lupa bahwa aturan itu dibuat untuk menata dan mengatur kehidupan agar terjadi gejala ketidakjelasan aturan yang berlaku (anomie).

Sungguh sangat berbahaya apabila setiap warga masyarakat, warga bangsa, ataupun warga negara, yang tidak percaya dengan aturan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, akan terjadi tindakan sosial menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.

Semoga kita selalu mendapat rahmat dan ampunan.